1.1 Latar Belakang
Munculnya berbagai macam penyakit disebabkan oleh banyak faktor. Studi RAP yakni Riwayat Alamiah Penyakit mempelajari bagaimana suatu penyakit dapat timbul dan tersebar. Studi ini diduga mempunyai manfaat dalam mengetahui bagaimana pencegahan penyakit yang seharusnya dilakukan. Jika ada sebab pastilah ada sumbernya. Maka, pada makalah kali ini penyusun akan menjabarkan bagaimana proses suatu penyakit terjadi, struktur kejadian seperti masa inkubasi bahkan mencoba menerapkan level of prevention dalam penjabarannya, agar penyakit tersebut dapat tertangani dan teratasi tanpa mengabaikan dasar-dasar ilmu epidemiologi yang telah ada.
Telah diketahui bahwa perkembangan zaman di bidang ilmu pengetahuan maupun teknologi membawa dampak lingkungan yang besar terhadap lingkungan, maka dari situlah penyakit yang pada umumnya bersifat biasa saja menjadi suatu penyakit yang lebih bersifat patogen, dan adanya transisi epidemiologi merupakan salah satu buktinya.
1.2 Rumusan Masalah
- Menjelaskan proses perkembangan penyakit secara alamiah (RAP) dan pola perkembangan penyakit.
- Menjelaskan masa inkubasi berbagai macam penyakit.
- Menjelaskan Epidemiological Iceberg & Spectrum of Illness.
- Menjelaskan konsep tingkat pencegahan penyakit (level of Prevention).
- Menjelaskan manfaat RAP dalam epidemiologi
1.3 Tujuan Penyusunan
- Untuk mengetahui bagaimana kaitan Riwayat Alamiah Penyakit dengan masa inkubasi berbagai macam penyakit untuk mengetahui konsep pencegahannya menurut ilmu epidemiologi.
1.4 Manfaat Penyusunan
- Menjadi referensi bagi penyusun dan mahasiswa lainnya.
- Menambah wawasan dan pengetahuan.
1.5 Sistematika Penyusunan
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penyusunan
1.4 Manfaat Penyusunan
1.5 Sistematika Penyusunan
Bab II Pembahasan
2.1 Riwayat Alamiah Penyakit (RAP)
2.2 Pola Perkembangan dan Spektrum Penyakit
2.3 Epidemiological Iceberg
2.4 Konsep Tingkat Pencegahan Penyakit (Level of Prevention)
2.5 Manfaat RAP dalam epidemiologi
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Daftar pustaka
PEMBAHASAN
2.1 Riwayat Alamiah Penyakit (RAP)
Riwayat Alamiah Penyakit (Natural History of Disease) adalah perkembangan suatu penyakit tanpa adanya campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural.
Pembagian RAP
Pada umumnya secara umum RAP dibagi menjadi 3 tahap, yakni tahap patogenesis, pre-patogenesis (masa inkubasi, penyakit dini dan penyakit lanjut), dan tahap pasca patogenesis (penyakit akhir). Pada pembahasan kali ini, saya akan membahasnya secara rinci riwayat alamiah suatu penyakit, agar mudah menghafal, maka kita golongkan RAP dalam 5 tahap :
1. Tahap Pre Patogenesis (Stage of Susceptibility)
Tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi interaksi ini terjadi di luar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan belum masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda-tanda penyakit dan daya tahan tubuh penjamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.
2. Tahap inkubasi (Stage Of Presymtomatic Disease)
Pada tahap ini bibit penyakit masuk ke tubuh penjamu, tetapi gejala-gejala penyakit belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda. Masa inkubasi adalah tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Misalnya seperti kolera 1-2 hari, yang bersifat menahun misalnya kanker paru, AIDS dll. Berikut informasi tentang masa inkubasi berbagai macam penyakit:
Tabel 2.1
Masa Inkubasi Berbagai Macam Penyakit
NO | PENYAKIT | PENGERTIAN | GEJALA KLINIS | MASA INKUBASI |
1 | Shigelosis Disentri Basiler | Penyakit diare yang disebabkan oleh : Shigella, contohnya Sh. Dysenteriae, Sh. Flexneri, Sh. Boydii, Sh. Sonnei |
|
2 hari |
2 | Herpes Simplek | Herpes simplek adalah penyakit yang mengenai kulit dan mukosa, bersifat kronis dan residif, disebabkan oleh virus herpes simplek herpes virus homanis. Infeksi herpes dapat menimbulkan implikasi (kesimpulan) serius apabila terjadi pada mata, sekitar serviks, pada bayi baru lahir, atau pada individu yang kekebalannya tertekan. Infeksi herpes pada mata menyebabkan keratitis herpatika. (Loetfia, 2007 : 47) | Vesikel berkelompok yang nyeri dapat timbul setelah kontak primer dengan virus tersebut. Infeksi primer dapat terjadi pada sembarang tempat di kulit. | Masa inkubasi sekitar 5 hari (berkisar antara 2-12 hari). (Mandal, 2006) |
3 | Hepatitis (Radang Hati/Liver) | Hepatitis virus akut adalah : penyakit radang hati akut karena infeksi virus hepatotropik | Umumnya melalui 4 tahap:
|
Masa tunas/inkubasi:
|
4 | Parotitis (Gondongan) | Penyakit infeksi akut akibat virus mumps. Sering menyerang anak-anak, terutama usia 2 tahun ke atas sampai kurang lebih 15 tahun. Ada beberapa lokasi yang diserang seperti kelenjar ludah di bawah lidah, di bawah rahang, dan di bawah telinga (parotitis) |
|
Masa inkubasi sekitar 14-24 hari setelah penularan yang terjadi lewat droplet. |
5 | Hepatitis A | Penyakit Hepatitis A disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh kotoran/tinja penderita biasanya melalui makanan (fecal – oral), bukan melalui aktivitas seksual atau melalui darah. Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C). Sementara hepatitis B dan C disebarkan melalui media darah dan aktivitas seksual dan lebih berbahaya dibanding Hepatitis A. |
|
Masa inkubasi berlangsung 18-50 hari dengan rata-rata kurang lebih 28 hari. |
6 | Kusta/Lepra | Penyakit kusta disebut juga lepra (leprosy) atau Morbus Hansen, dan nama lain di India: Korh, Vaahi (Kala Vaah), Motala/ Motali Mata, Pathala dan Bada Dukh (Kandouw, 2000). Nama tersebut berbeda karena daerah yang berbeda menyebutkan lain, seperti pathala di Sondwa dan Korh dan Kala Vaa di Thandla (Bhopal, 2002). | Umumnya ditemukan dalam 2 (dua) bentuk Pause basiler (PB) dan Multi basiler (MB) dan menurut WHO untuk menentukan kusta perlu adanya 4 (empat) criteria, yaitu :
|
3-20 tahun, (Agusni, 2001). |
Tabel 2.2
Pembagian Masa Inkubasi PMS (Penyakit Menular Seksual)
NO. | JENIS PMS | PENYEBAB | MASA INKUBASI |
1 | Herpes
|
7 sampai 12 hari | |
2 |
Sifilis | Infeksi bakteri Treponema pallidum |
– |
3 | Gonore | Kuman Neisseria gonorrhoeae | 1 – 14 hari, dengan rata-rata 2 – 5 hari |
4 | Trikomoniasis | Parasit Trichomonas Vaginalis | 3 – 28 hari |
5 | Kutil Kelamin/Kandiloma Akuminata/Jengger Ayam | Human Papiloma Virus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berua fibroepitelioma pada kulit dan mukosa. | 1 – 8 bulan (rata-rata 2 – 3 bulan) |
6 | Klamidia | Bakteri Chlamydia trachomatis | 7 – 12 hari |
3. Tahap penyakit dini (Stage of Clinical Disease)
Tahap ini mulai dihitung dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini penjamu sudah jatuh sakit tetapi masih ringan dan masih bisa melakukan aktifitas sehari-hari. Bila penyakit segera diobati, mungkin bisa sembuh, tetapi jika tidak, bisa bertambah parah. Hal ini tergantung daya tahan tubuh manusia itu sendiri, seperti gizi, istirahat dan perawatan yang baik di rumah (self care).
4. Tahap penyakit lanjut
Bila penyakit penjamu bertambah parah, karena tidak diobati/tidak tertangani serta tidak memperhatikan anjuran-anjuran yang diberikan pada penyakit dini, maka penyakit masuk pada tahap lanjut. Penjamu terlihat tak berdaya dan tak sanggup lagi melakukan aktifitas. Tahap ini penjamu memerlukan perawatan dan pengobatan yang intensif.
5. Tahap penyakit akhir
Tahap akhir dibagi menjadi 5 keadaan :
a) Sembuh sempurna (bentuk dan fungsi tubuh penjamu kembali berfungsi seperti keadaan sebelumnya/bebeas dari penyakit)
b) Sembuh tapi cacat ; penyakit penjamu berakhir/bebas dari penyakit, tapi kesembuhannya tak sempurna, karena terjadi cacat (fisik, mental maupun sosial) dan sangat tergantung dari serangan penyakit terhadap organ-organ tubuh penjamu.
c) Karier : pada karier perjalanan penyakit seolah terhenti, karena gejala penyakit tak tampak lagi, tetapi dalam tubuh penjamu masih terdapat bibit penyakit, yang pada suatu saat bila daya tahan tubuh penjamu menurun akan dapat kembuh kembali. Keadaan ini tak hanya membahayakan penjamu sendiri, tapi dapat berbahaya terhadap orang lain/masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan penyakit (human reservoir)
d) Kronis ; pada tahap ini perjalanan penyakit tampak terhenti, tapi gejala-gejala penyakit tidak berubah. Dengan kata lain tidak bertambah berat maupun ringan. Keadaan ini penjamu masih tetap berada dalam keadaan sakit.
e) Meninggal ; Apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tak dapat diobati lagi, sehingga berhentinya perjalanan penyakit karena penjamu meninggal dunia. Keadaan ini bukanlah keadaan yang diinginkan.
2.2 Pola Perkembangan dan Spektrum Penyakit
Spektrum penyakit adalah berbagai variasi tingkatan simptom dan gejala penyakit menurut intensitas infeksi atau penyakit pada penderitanya, dari yang ringan, sedang sampai yang berat dengan komplikasi pada organ-organ vital.
Intensitas infeksi dan derajat penyakit bergantung kepada:
- Agent – jenis kuman, jumlah kuman, kualitas (virulensi kuman, toksisitas), kemampuan biologis, dsb.
- Host manusia – umur, jenis kelamin, kondisi fisiologis (hormonal), daya tahan tubuh, genetik, faktor gizi, lingkungan yang melemahkan, dsb
Suatu penyakit (menular) tidak hanya selesai sampai pada jatuh sakitnya seseorang, tetapi cenderung untuk menyebar. Beberapa komponen dalam proses terinfeksinya penyakit ialah sebagai berikut:
- Agent
- Reservoir
- Portals of entry and exit
- Mode of transmission
- Immunity
Dalam proses perjalanan penyakit, perpindahan agen dari pejamu ke reservoir atau sebaliknya, harus melalui pintu masuk tertentu (portal of entry) calon penderita baru dan kemudian untuk berpindah ke penderita baru lainnya, kuman akan melalui pintu keluar (portal of exit).
Portal of entry/portal of exit, ialah:
- Melalui konjungtiva, yang biasanya hanya dijumpai pada beberapa penyakit mata tertentu.
- Melalui saluran nafas (hidung & tenggorokan): melalui droplet sewaktu reservoir/ penderita bicara, bersin, atau batuk atau melalui udara pernapasan.
- Melalui Pencernaan: baik bersama ludah, muntah maupun bersama tinja.
- Melalui saluran urogenitalia: biasanya bersama-sama dengan urine atau zat lain yang keluar melalui saluran tersebut.
- Melalui lukapada kulit ataupun mukosa.
- Secara mekanik: seperti suntikan atau gigitan pada beberapa penyakit tertentu.
Setelah unsur penyebab telah meninggalkan reservoir maka untuk mendapatkan potensial yang baru, harus berjalan melalui suatu lingkaran perjalanan khusus atau suatu jalur khusus yang disebut jalur penularan (Mode of Transmission). Secara garis besarnya, jalur penularan (Mode of Transimission) dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
- Penularan langsung: yakni penularan yang terjadi secara langsung dari penderita atau reservoir, ke pejamu potensial yang baru, sedangkan,
- Penularan tidak langsung: adalah penularan yang terjadi melalui media tertentu; seperti media udara (air borne), melalui benda tertentu (vechicle borne), dan melalui vektor (vector borne).
2.3 Epidemiological Iceberg
Fenomena gunung es (iceberg phenomenon) merupakan sebuah metafora (perumpamaan) yang menekankan bahwa bagian yang tak terlihat dari gunung es jauh lebih besar daripada bagian yang terlihat di atas air. Artinya, pada kebanyakan masalah kesehatan populasi, jumlah kasus penyakit yang belum diketahui jauh lebih banyak daripada jumlah kasus penyakit yang telah diketahui. Fenomena gunung es menghalangi penilaian yang tepat tentang besarnya beban penyakit (disease burden) dan kebutuhan pelayanan kesehatan yang sesungguhnya, serta pemilihan kasus yang representatif untuk suatu studi. Mempelajari hanya sebagian dari kasus penyakit yang diketahui memberikan gambaran yang tidak akurat tentang sifat dan kausa penyakit tersebut. (Morris, 1975; Duncan, 1987, dikutip Wikipedia, 2010).
2.4 Konsep Tingkat Pencegahan Penyakit (Level of Prevention)
Konsep tingkat pencegahan penyakit ialah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian dengan menggunakan langkah‐langkah yang didasarkan pada data/ keterangan bersumber hasil analisis/ pengamatan/ penelitian epidemiologi.
Tingkatan pencegahan penyakit:
a) Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) seperti promosi kesehatan dan pencegahan khusus. Sasarannya ialah faktor penyebab, lingkungan & pejamu. Langkah pencegahaan di faktor penyebab misalnya, menurunkan pengaruh serendah mungkin (desinfeksi, pasteurisasi, strerilisasi, penyemprotan insektisida) agar memutus rantai penularan. Langkah pencegahan di faktor lingkungan misalnya, perbaikan lingkungan fisik agar air, sanitasi lingkungan & perumahan menjadi bersih. Langkah pencegahan di faktor pejamu misalnya perbaikan status gizi, status kesehatan, pemberian imunisasi.
b) Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) seperti diagnosis dini serta pengobatan tepat. Sasarannya ialah pada penderita / seseorang yang dianggap menderita (suspect) & terancam menderita. Tujuannya adalah untuk diagnosis dini & pengobatan tepat (mencegah meluasnya penyakit/ timbulnya wabah & proses penyakit lebih lanjut/ akibat samping & komplikasi). Beberapa usaha pencegahannya ialah seperti pencarian penderita, pemberian chemoprophylaxis (Prepatogenesis / patogenesis penyakit tertentu).
c) Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) seperti pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi. Sasarannya adalah penderita penyakit tertentu. Tujuannya ialah mencegah jangan sampai mengalami cacat & bertambah parahnya penyakit juga kematian dan rehabilitasi (pengembalian kondisi fisik/ medis, mental/ psikologis & sosial
2.5 Manfaat RAP dalam epidemiologi
Studi tentang RAP merupakan bagian dari studi epidemiologi, dikarenakan terdapat:
a) Studi etiologi — menemukan penyebab
b) Studi prognostik — mempelajari faktor risiko dan perkiraan akhir penyakit
c) Studi intervensi — mengetahui effectiveness , dan efficiency program pemberantasan dan pencegahan penyakit.
Dari RAP diperoleh beberapa informasi penting:
- Masa inkubasi atau masa latent.
- Kelengkapan keluhan (symptom) sebagai bahan onformasi dama menegakkan diagnosis
- Lama dan beratnya keluhan yang dialami oleh penderita kejadian penyakit menurut musim (season) kapan penyakit itu lebih frekuen kejadiannya
- Kecenderungan lokasi geografis serangan penyakit sehingga dapat dengan mudah dideteksi lokasi kejadian penyakit.
- Untuk diagnostik: masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman penentuan jenis penyakit.
- Sifat-sifat biologis kuman patogen sehingga menjadi bahan informasi untuk pencegahan penyakit.
- Untuk pencegahan: dengan mengetahui kuman patogen penyebab dan rantai perjalanan penyakit dapat dengan mudah ditemukan titik potong yang penting dalam upaya pencegahan penyakit.
- Untuk terapi: intervensi atau terapi hendaknya diarahkan pada fase paling awal. Lebih awal terapi akan lebih baik hasil yang diharapkan. Keterlambatan diagnosis akan berkaitan dengan keterlambatan terapi.
3.1 Kesimpulan
Studi RAP merupakan bagian dari ilmu epidemiologi. RAP atau Riwayat Alamiah Penyakit menjelaskan bagaimana suatu penyakit dapat terinfeksi dan tersebar dalam tubuh manusia, dengan adanya masa inkubasi yang berbeda dari berbagai macam penyakit maka kita dapat memprediksi pencegahan penyakit tersebut agar tidak terlampau parah dan tersebar luas. Memperhatikan beberapa faktor baik faktor penyebab dan risiko maka kami penyusun melihat adanya hubungan sebab akibat yang terjadi di antara keduanya. Kita dapat melakukan tahap pencegahan penyakit atau level of prevention jika kita mengetahui dengan jelas bagaimana riwayat suatu penyakit tercebut dapat terjadi, dan kita bisa mengetahui teknik atau pengobatan apa yang sesuai bagi penyakit tersebut.
3.2 Daftar Pustaka
- Bustan mn. 2002. Pengantar epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.
- Gerstman. 2003. Epidemiology Kept Simple. California: Willey Liss.
- Juwono, Sugeng. Riwayat Alamiah, Spektrum, Rantai Infeksi dan Kejadian Epidemik Penyakit. 2011
- Lalusu, Yusnita Erni. Pengantar epidemiologi. 2011
- 5. Murti, Bisma. Modul Perkuliahan Fakultas Kedoketran UNS.
YANG MAU AMBIL JADI REFERENSI TOLONG CATAT SUMBER NYA YAAAHHH…PENTINGGGGG…… ^^
kalo ada rujukannya, mestinya yang di paragrafnya dicantumkan dong referensinya.
kan sudah ada… coba saja dilihat..memang tidak begitu lengkap penulisannya..tapi sudah dicantumkan…seperti data dalam tabel…
maksudku yang RAP nya sendiri…
apa itu ngarang…
misal pada tahap2 perkembangan penyakit itu
ya enggak…saya nulis jga kan ada sumbernya..masa’ iyak ngarang…kalau ada perbedaann…mungkin beda sumber dan tanggapan..tapi kan out line nya sama…
SangaT memBantu…
hahha…..:)
aku tanya apa beda masa inkubasi dengan masa ekspose??
masa inkubasi ialah masa dimana virus sudah masuk ke dalam tubuh si penjamu sampai muncul gejala-gejala klinis akibat virus tersebut.
masa ekspose (mungkin yang anda maksud exposure/ terpapar/ terpajan) ialah masa dimana virus berada dekat dengan si penjamu, bisa di luar tubuh, atau sudah di dalam tubuh, namun karena ada faktor-faktor lain dari si penjamu seperti sistem imun, jadi di masa eksposure si penjamu bisa terjadi sakit atau tidak.
kesimpulannya, kalau inkubasi, si penjamu sudah pasti sakit cuman periodenya bertahap dari gejala belum muncul sampai gejala muncul, sedangkan eksposure belum tentu si penjamu sakit, itu yang membedakan, makanya pembahasannya sedikit dipisahkan. Seperti dalam perhitungan teori RR dimana ada eksposure + dan eksposure – , maka ada outcome + dan outcome – .
saya juga masih belajar, jadi jika ada pembahasan yang belum jelas mungkin anda bisa menyajikan data yang dapat memperjelas semuanya, terimakasih ^_^ salam blogger